KPPD Lemhannas RI:  Kepemimpinan Daerah di Era  Disrupsi dan Tantangan  Ketahanan Nasional

KPPD Lemhannas RI: Kepemimpinan Daerah di Era Disrupsi dan Tantangan Ketahanan Nasional

Spread the love

 

Jakarta – tribunnews86.id

Lemhannas RI kembali

menyelenggarakan Kursus Pemantapan Pimpinan Daerah (KPPD)

Angkatan II Tahun 2025 sebagai

forum strategis untuk memperkuat

kapasitas kepemimpinan kepala

daerah dalam menghadapi tantangan kebangsaan,ketahanan nasional, dan di srupsi global.

Diskusi panel yang berlangsung hari ini, Kamis (6/11) , menghadirkan sejumlah tenaga ahli Lemhannas RI sebagai narasumber, di antaranya Prof. Dr. Ir. Dadan

Umar Daihani, DEA, IPU, Asean

Eng, MAI; Mayjen TNI Dr. Rido

Hermawan, M.Sc.; MayjenTNI

(Mar) Ipung Purwadi; dan Marcelino

Pandin, Ph.D. Mayjen TNI (Mar) Ipung Purwadi membuka sesi dengan persepektif

geopolitik dan wawasan kebangsaan Ia menegaskan bahwa Wawasan Nusantara harus menjadi pijakan utama dalam menghadapi tantangan regional dan global. Ia menyampaikan bahwa Indonesia berada di tengah persaingan kekuatan besar dan harus memperkuat posisinya sebagai negara kepulauan yang berdaulat.

Ia menyoroti berbagai isu strategis

seperti konflik di Laut China Selatan, perbatasan antar negara, dan

ancaman ideologi transnasional , dalam konteks nasional, ia mengingatkan bahwa nilai-nilai kebangsaan mulai tergerus oleh penetrasi budaya asing dan ideologi

ekstrem , “Globalisasi dan individualisme

dapat mengikis semangat gotong royong dan solidaritas sosial,” ujarnya.

Ia mendorong penguatan ketahanan maritim, siber, dan sosial budaya sebagai benteng terhadap disintegrasi bangsa , Implementasi Wawasan Nusantara dalam pembangunan nasional, seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), tol laut, di digitalisasi layanan publik, disebut sebagai contoh konkret.

Selanjutnya, Marcelino Pandin,Ph.D. mengangkat pentingnya merajut kesatuan wilayah dan menyatukan pandangan kebangsaan, Ia menyampaikan bahwa keretakan sosial, kesenjangan ekonomi, dan penurunan indeks negara hukum menjadi

ancaman serius terhadap keutuhan

Indonesia. “Satukan pandangan untuk Indonesia berdaulat,” serunya.

Ia mengajak para kepala daerah

untuk membangun narasi persatuan, menciptakan ruang umpan

balik publik, dan memperkuat

komunikasi publik berbasis data

dan cerita. Ia juga menekankan

bahwa hanya 3,5% populasi yang

dibutuhkan untuk memicu gerakan

sosial yang masif dan

berkelanjutan.

Dalam konteks Asta Cita, Marcelino

menyoroti tantangan tata kelola,

kapabilitas, dana pembiayaan dae-

rah yang harus dihadapi den-

gan pendekatan sistemik dan

kolaboratif.

Sementara itu, Mayjen TNI Dr.

Rido Hermawan membahas isu

strategis terkait kewaspadaan nasional di tengah disrupsi informasi dan ancaman perang kognitif , Ia menyampaikan bahwa ancaman saat ini telah bergeser dari ranah

militer ke ranah informasi dan persepsi publik “Pertahanan sejati adalah kemampuan berpikir jernih di tengah

kabut informasi,”ujarnya.

Ia menyoroti peran teknologi

seperti AI generatif, big data, dan

deepfake dalam membentuk opini

publik secara manipulatif. Serangan siber, hoaks berbasis SARA, dan polarisasi digital disebut sebagai tantangan nyata bagi stabilitas politik dan sosialdi daerah. Seb-

agai langkah antisipatif, ia mendorong pembentukan Satuan Tugas Ketahanan Informasi Daerah (SKID), peningkatan literasi digital kritis, dan penguatan sistem pertahanan siber berbasis arsitektur

“zero trust”.

Menutup rangkaian sesi , Prof.

Dadan Umar Daihani menekankan

bahwa ketahanan nasional adalah

energi kolektif bangsa yang bersifat multidimensi dan dinamis , Ia menyampaikan bahwa dunia saat

ini memasuki era BANI (Brittle, Anxious, Nonlinear, Incomprehensible), yang ditandai oleh ketidakpastian global, disrupsi teknologi, dan krisis iklim , “Ketahanan nasional bukan hanya soal bertahan, tapi kemampuan bangkit dan beradaptasi,”

tegasnya.

Ia menguraikan bahwa ketahanan

nasional mencakup berbagai

aspek, mulai dari geografi, demo-

grafi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,

hingga pertahanan dan keamanan.

Dalam konteks pembangunan nasional, Prof. Dadan menekankan

pentingnya Asta cita sebagai arah

strategis menuju bang sayang

mandiri, berkeadilan, dan berdaulat.

Ia juga menampilkan sejumlah contoh daerah yang telah

menunjukkan kepemimpinan transformatif, seperti Kutai Kartanegara

dengan hilirisasi pertanian dan

petrokimia,Lombok Tengah dengan

pengembangan KEK Mandalika,

dan Jayapura.

Kegiatan KPPD Angkatan II Tahun

2025 ini menjadi ruang strategis

bagi para kepala daerah untuk

memperkuat kapasitas kepemimpinan, memperdalam wawasan

kebangsaan, dan menyelaraskan

langkah menuju tata kelola pemerintahan yang lebih efektif, berdaulat,

dan berkeadilan.

Kepala Biro Humas Settama

Lemhannas RI Brigjen TNI

Muhammad Arif Nur

 

  • (Agus Salim)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *