Jakarta –TribunNews86.id
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, mendorong percepatan hilirisasi komoditas kemenyan sebagai upaya peningkatan nilai tambah di sektor perkebunan. Komoditas khas Sumatra Utara ini dinilai memiliki potensi ekonomi besar, namun belum berdampak signifikan terhadap kesejahteraan petani lokal.
Dalam keterangan resminya, Luhut menyebut bahwa kemenyan dari wilayah Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan memiliki kualitas terbaik dan telah lama diekspor ke sejumlah negara di Asia dan Eropa. Namun, petani kemenyan di daerah tersebut masih menghadapi keterbatasan pendapatan karena nilai jual bahan mentah yang rendah.
“Kemenyan kita sudah diekspor, tapi manfaatnya belum dirasakan petani. Kita perlu ubah pola, jangan hanya ekspor bahan mentah,” ujar Luhut, Senin (27/5).
Luhut menekankan bahwa hilirisasi kemenyan tidak membutuhkan pabrik berskala besar. Justru, ia mendorong pengolahan berbasis komunitas dengan pemanfaatan teknologi sederhana, seperti distilasi uap, untuk menghasilkan produk turunan seperti minyak atsiri yang memiliki nilai jual lebih tinggi di pasar global.
“Yang penting bukan industrinya besar atau tidak, tapi kemauan untuk mengolah langsung di tempat kemenyan tumbuh,” tambahnya.
Sebagai langkah konkret, DEN menggandeng sejumlah kementerian dan pemerintah daerah untuk memetakan potensi kemenyan secara digital. Peta ini akan digunakan sebagai basis kebijakan hilirisasi berbasis data, guna memastikan pembangunan sektor ini merata dan terukur.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor kemenyan Indonesia pada 2024 tercatat mencapai 43 ribu ton dengan nilai lebih dari USD 52 juta. Namun, sebagian besar produk masih diekspor dalam bentuk bahan mentah.
Program hilirisasi ini juga disebut sejalan dengan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya industrialisasi sektor-sektor unggulan nasional.
“Kemenyan adalah warisan alam dan budaya Indonesia. Sudah waktunya kita kelola lebih serius, dengan cara yang memberi manfaat langsung bagi rakyat,” pungkas Luhut.
(AS)