As SDM Tegaskan Karakter Polisi Dibangun dari Pilar Spiritual, Intelektual, dan Kultural   

As SDM Tegaskan Karakter Polisi Dibangun dari Pilar Spiritual, Intelektual, dan Kultural  

Spread the love

 

Jakarta – tribunnews86.id

Asisten Kapolri Bidang SDM (As SDM) Irjen Anwar menegaskan pentingnya pembentukan karakter polisi melalui tiga pilar utama, yakni spiritual, intelektual, dan kultural. Hal ini ia sampaikan dalam seminar nasional bertajuk “Rekonstruksi Jati Diri Bangsa Merajut Nusantara untuk Mewujudkan Polri Sadar Berkarakter” yang digelar di Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025). Seminar tersebut diikuti 250 anggota Polri dari Mabes dan Polda jajaran serta peserta daring.

“Seminar ini menjadi bagian kecil dari langkah nyata dan sistematis Polri untuk memperbaiki diri dengan membangun SDM yang unggul, profesional, dan berkarakter Bhayangkara Indonesia melalui pilar spiritual, intelektual, dan kultural,” ujar Anwar saat membuka acara sekaligus menjadi keynote speaker. Ia menekankan kegiatan itu merupakan awal penyusunan kurikulum dan modul pembinaan karakter personel Polri, yang berfokus pada penguatan nilai-nilai kebhayangkaraan.

Dalam kesempatan itu, Ketua Tim Peneliti Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia, Dr Junus Simangunsong, memaparkan hasil riset bertema “Rekonstruksi Jati Diri Bangsa Merajut Nusantara untuk Mewujudkan Manusia Indonesia Seutuhnya.” Ia menyebut dimensi spiritual memperoleh skor terendah, yakni 4,28, dibandingkan intelektual (4,43) dan kultural (4,46). “Temuan ini mengindikasikan perlunya penguatan kesadaran spiritual dan refleksi sehingga strategi penguatan berjenjang sangat diperlukan. Hasil riset ini mendapatkan dukungan penuh dari Polri dan akan dijadikan dasar fundamental dalam penyusunan kurikulum pembinaan karakter Polri,” jelas Junus.

Karobinkar SSDM Polri, Brigjen Langgeng Purnomo, juga menegaskan pentingnya nasionalisme di tengah dinamika geopolitik internasional. Ia menjelaskan bahwa tarik-menarik antarnegara dalam bidang politik, ekonomi, keamanan, dan budaya kini semakin kompleks. “Pelindung utama bangsa Indonesia dalam mengelola tarik-menarik geopolitik internasional adalah dengan cara menguatkan jiwa nasionalisme yang dijiwai jati diri bangsa untuk menguatkan karakter bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tegasnya.

Dari kalangan akademisi, Prof Dr Meutia Farida Hatta Swasono menyampaikan pentingnya Pancasila sebagai jalan lurus sesuai pemikiran Bung Hatta. “Polri didorong sebagai role model perekat bangsa,” katanya. Senada, sejarawan Prof Dr Anhar Gonggong menyoroti akar sejarah kebhayangkaraan dan peran Polri dalam perjalanan bangsa. Ia menekankan bahwa polisi harus menjadi unsur penting negara yang menjunjung nilai kejujuran dan antikorupsi.

Masukan juga datang dari peserta seminar. Kushartono, salah satu penanggap, menilai solusi persoalan bangsa bukanlah saling mengkritik atau menghujat, melainkan melalui introspeksi. Ia bahkan menganjurkan adanya “tobat nasional” dengan kembali kepada jati diri bangsa.

Komisioner Kompolnas, Supardi Hamid, dalam penutupannya menegaskan bahwa penguatan karakter anggota Polri harus diiringi tata kelola kelembagaan yang transparan dan berkeadilan. “Upaya penguatan karakter anggota Polri harus diiringi dengan tata kelola kelembagaan yang transparan dan berkeadilan, sebagai wujud reformasi SDM yang utuh,” ujarnya.

Irjen Anwar menutup seminar dengan menekankan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman anggota tentang jati diri bangsa, menginternalisasi model Sadar Berkarakter dalam tugas sehari-hari, membangun komitmen kolektif, dan pada akhirnya mewujudkan Polri yang responsif, berkarakter kuat serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap institusi.

(Agus Salim)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *