Di Ujung Dunia, Seorang Prajurit dan Ajaibnya Huruf-Huruf, Serda Wahyu Ukir Senyum Masa Depan di SD Mayuberi   

Di Ujung Dunia, Seorang Prajurit dan Ajaibnya Huruf-Huruf, Serda Wahyu Ukir Senyum Masa Depan di SD Mayuberi  

Spread the love

 

LAGA UTARA, PUNCAK, – tribunnews86.id

Di atas bumi yang diselimuti kabut, di mana deru helikopter lebih sering terdengar daripada suara bel sekolah, sebuah keajaiban terjadi setiap hari. Di SD Mayuberi, Distrik Ilaga Utara, Kabupaten Puncak, (25/9/2025), senjata yang dibawa bukanlah peluru, melainkan kapur tulis. Prajuritnya adalah Serda Wahyu, dan medan tempurnya adalah ruang kelas sederhana yang dipenuhi sorot mata penuh rasa ingin tahu dari anak-anak Papua.

Inilah wujud nyata Binter Terbatas Satgas Yonif 700/Wyc yang heroik dan menyentuh jiwa. Melalui Pos Mayuberi, mereka tak hanya menjaga perbatasan, tetapi juga menjadi penjaga harapan. Ketika guru langka, prajurit TNI lah yang maju. Serda Wahyu, dengan sabar dan penuh cahaya, membimbing anak-anak mengenal huruf demi huruf, menyusunnya menjadi kata, lalu menjadi sebuah dunia baru yang luas.

Suara lantangnya membaca alfabet bergema, diikuti oleh suara ceria dan penuh semangat dari para siswa. Di papan tulis yang lapuk, jari-jarinya menari menuliskan kata “Ibu”, “Papa”, dan “Papua”. Setiap kata yang berhasil dibaca oleh seorang anak adalah sebuah kemenangan kecil. Setiap senyum yang merekah adalah medali yang tak ternilai, lebih berharga dari segala penghargaan.

Danpos Mayuberi, Letda Inf Arif Natsir, dengan bangga memandangi prajuritnya yang beraksi menjadi pahlawan bagi generasi penerus bangsa. Baginya, kegiatan ini adalah misi suci.

“Tugas kami di ujung negeri ini tidak pernah hanya tentang kekuatan senjata. Tugas terberat dan terpenting adalah memastikan bahwa cahaya ilmu pengetahuan tidak padam di sini, di Mayuberi,” ujar Letda Arif, suaranya tegas bak batu karang, namun terdengar hangat.

“Serda Wahyu dan tim kami bukan sekadar guru pengganti. Mereka adalah bridge builder, jembatan yang menghubungkan anak-anak pegunungan ini dengan masa depan yang lebih cerah. Apa artinya menjaga kedaulatan wilayah, jika kita tidak terlebih dahulu menjaga mimpi anak-anak untuk bisa membaca dan menulis? Mereka adalah pemilik sah masa depan Papua. Dengan mengajar, kami tidak hanya memberikan ilmu, tapi kami menanamkan keyakinan bahwa negara hadir untuk mereka, bahwa Indonesia peduli.”

Kegiatan ini mungkin terbatas waktunya, tetapi dampaknya abadi. Jejak yang ditinggalkan Serda Wahyu bukan di atas pasir, tapi terukir di dalam benak dan hati para siswa SD Mayuberi. Sebuah pelajaran bahwa pahlawan sejati bukan hanya mereka yang gagah berperang, tetapi juga mereka yang rela berbagi ilmu, mengubah kelas seadanya menjadi istana pengetahuan, dan membuktikan bahwa di medan yang paling terpencil sekalipun, TNI selalu siap mengabdi dengan hati dan pikiran untuk kemajuan bangsa.

Autentikasi: Pen Satgas Pamtas TI-PNG Mobile Yonif 700 Wira Yudha Cakti

(Agus Salim)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *