Indonesia Adalah Negeri Yang Dicintai & Dikasihi oleh Allah   

Indonesia Adalah Negeri Yang Dicintai & Dikasihi oleh Allah  

Spread the love

 

Jakarta – tribunnews86.id

Negeri yang diberkahi — “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur” — bukan mimpi, tapi dapat diwujudkan hasil dari kesadaran kolektif sebagai usaha untuk terus memperbaiki diri masing-masing secara massif dengan bimbingan kepemimpinan yang amanah, adil serta keberpihakan pada rakyat untuk menikmati manfaat dalam bentuk kesejahteraan yang meliputi segenap segi kehidupan.

Perubahan besar yang dimulai dari niat tulus setiap orang guna membangun dan menjaga ketika, moral dan akhlak yang mulia — sebagai anugrah Tuhan kepada setiap manusia — harus dijaga dan terus dikembangkan sebagai potensi diri masing-masing yang kemudian bertaut dengan potensi orang lain hingga bersinergi dengan positif memberi dan mendatangkan banyak manfaat bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain.

Begitulah proses terbingkainya peradaban besar yang agung yang senantiasa diorientasikan untuk mengagungkan Tuhan sebagai pencipta jagat raya dan seisinya, termasuk manusia yang memperoleh keistimewaan sebagai khalifatullah — wakil Tuhan — di bumi ini. Karenanya, tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengagungkan Tuhan dan menghargai seluruh harya ciptanya — terutama manusia — serta alam lingkungan untuk dimanfaatkan dengan baik guna memenuhi kebutuhan hidup dan penghidupan manusia yang lebih baik dan lebih beradab di bumi. Karena kelak pada akhirnya manusia pun akan bergulir mati untuk digantikan oleh manusia yang lain.

Refleksi yang berlandaskan pada kesadaran batin ini dapat dijadikan bahan permenungan yang baik dalam kondisi bangsa dan negara Indonesia hari ini, dimana kegaduhan dan kekacauan telah ditandai oleh puncak aksi dan unjuk rasa yang dimulai oleh warga masyarakat Kebupaten Pati, Jawa Tengah lantaran protes terhadap kebaikan nilai pajak yang berlipat hingga terus disusul oleh aksi dan unjuk rasa oleh warga masyarakat dari daerah lain sampai berpuncak pada saat kenaikan nilai tunjangan serta gaji pada anggota DPR RI yang ditandai dengan aksi dan unjuk rasa rakyat yang terus membara sejak 28 Agustus 2025 di Jakarta dan berbagai daerah di Indonesia lainnya.

Kemarahan rakyat yang sudah tidak mampu lagi untuk ditahan itu, justru mendapat kesan dilecehkan oleh polah tingkah serta pernyataan anggota DPR RI yang menyakitkan hati. Apalagi kemudian ada sejumlah peserta aksi dan unjuk rasa itu yang gugur bersama sejumlah peserta lainnya yang cedera dan terluka, sehingga suasana hati semakin marah sampai menggeruduk markas aparat keamanan yang dianggap telah melakukan tindak kekerasan di luar batas.

Suasana yang semakin memanas pun terus berlanjut kepada satu korp pada tingkat wilayah yang membuat Ibu Kota Jakarta semakin mencekam. Lantas aksi dan unjuk rasa itu pun semakin meluas melibatkan warga masyarakat yang tidak lagi dapat teridentifikasi sosok dan identitasnya, ketika gerakan perampasan aset terhadap tokoh dan pejabat tertentu jadi terkesan terstruktur, sistematis dan massif dilakukan secara bergilir dan terjadwal, termasuk nama tokoh dan pejabat publik lainnya telah menjadi target berikutnya.

Setidaknya, istilah penjarahan mendapat sanggahan dari berbagai pihak, sebab apa yang dilakukan massa yang marah itu sebagai kompensasi dari UU perampasan aset yang tak kunjung diproses legalitasnya, karena memang tidak sedikit anggota legislatif itu yang merasa terancam bila UU Perampasan aset itu disahkan.

Jadi pemaknaan “Baldatun Thaiyyibun Wa Rabbun Ghafur” sesungguhnya sangat diidamkan oleh segenap warga bangsa Indonesia — terutama pada akhir belakangan ini — setelah bangkitnya gerakan kesadaran dan pemahaman spiritual yang dapat membimbing dan memandu bangsa dan negara Indonesia bersikap dan bergerak berdasarkan etika, moral dan akhlak mulia manusia6 yang menjadi inti tuntunan dan ajaran agama-agama yang ada sebagai pengikat dan pengukuhan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta. Begitulah makna dari “negeri yang baik dan Tuhan Yang Maha Pengampun” dapat diimplementasikan dalam kata ucap dan kuat serta perbuatan nyata untuk dan demi kemaslahatan seluruh umat manusia, tanpa diskriminasi dan perkecualian untuk semua makhluk yang taat dan beriman hanga kepada Tuhan. Frasa ini yang mengacu pada surat dari langit (Saba’ 15) menggambarkan sebuah negeri yang ideal: makmur, damai dan diberkahi dengan ampunan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah.

Ghafur sendiri adalah salah satu dari asma’uk husna, nama Tuhan yang indah. Sehingga sifat dan sikap Yang Maha Pengampun — sebagai bagian dari kebesaran dan kemuliaan Tuhan — patut dan layak ditiru oleh manusia, meski tidak mungkin sesempurna Tuhan yang memiliki setidaknya 99 nama kemuliaan Tuhan yang Maha Sempurna. Dan sebagai bangsa yang religius dan memiliki bobot spiritualitas besar besar, bangsa Indonesia sungguh pantas dan patut mewujudkan rakyat Allah yang begitu mulia untuk menikmati “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur” yaitu negeri yang baik, makmur, damai yang diberkahi oleh cinta dan kasih Allah. Wujud cinta dan kasih Allah itu tidak hanya dalam bentuk kekayaan alam yang melimpah, tetapi suku bangsa yang banyak dan beragam dengan tradisi dan budaya yang unik dan khas, bahkan keragaman agama dengan umatnya yang rukun dan dapat menikmati hidup bersama.

Monas, 3 September 2025

(Jacob Ereste)

 

(Agus Salim)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *