Buruh Tenun Korban BMT Mitra Umat Pekalongan Meninggal Dunia, Dana Tabungan Rp35 Juta Tak Kembali*

Buruh Tenun Korban BMT Mitra Umat Pekalongan Meninggal Dunia, Dana Tabungan Rp35 Juta Tak Kembali*

Spread the love

Pekalongan-TribunNews86.Id
Pekalongan  Abbas (60), buruh tenun senior di industri kerajinan Ridaka Pekalongan, meninggal dunia pada Minggu (10/8/2025) di Masjid Walisongo, Kandang Panjang, Kota Pekalongan. Ia dikenal sebagai salah satu korban kasus macetnya dana di BMT Mitra Umat Pekalongan yang hingga kini tak kunjung mendapat kejelasan.

Abbas meninggalkan kisah pilu. Puluhan tahun ia bekerja di sektor tenun, rutin menyisihkan penghasilan setiap Kamis dan Jumat untuk ditabung di BMT Mitra Umat. Berdasarkan catatan, jumlah simpanannya mencapai lebih dari Rp35 juta. Uang itu rencananya digunakan untuk membeli sebidang tanah kavling di kawasan Salam Manis, yang lokasinya berdampingan dengan rumah saudaranya.

Namun, rencana tersebut kandas. Masalah keuangan yang menimpa BMT Mitra Umat membuat simpanan Abbas tak dapat dicairkan. Tabungan yang diimpikan sebagai bekal hari tua hilang begitu saja. Sejak itu, ia tidak memiliki tempat tinggal tetap dan hidup berpindah-pindah, mengandalkan belas kasihan pengurus masjid untuk bertahan.

Menjelang akhir hayatnya, Abbas diketahui tinggal sementara di Masjid Al Mubarok, Panjang Wetan, Pekalongan. Kondisi kesehatan yang menurun, ditambah tekanan psikologis akibat hilangnya seluruh tabungan, membuat kehidupannya kian terpuruk.

Meski hidup serba terbatas, Abbas tercatat sebagai salah satu anggota aktif Paguyuban Korban BMT Mitra Umat Pekalongan. Ia kerap ikut serta dalam berbagai aksi menuntut pengembalian dana nasabah. Kasus ini melibatkan ribuan korban dengan total kerugian miliaran rupiah, namun setelah lebih dari setahun bergulir, belum ada penyelesaian.

Hingga kini, pihak pengelola BMT Mitra Umat belum memberikan pernyataan resmi terkait pengembalian dana atau langkah penyelesaian. Situasi ini membuat ribuan korban merasa terabaikan, sementara beban ekonomi terus menekan mereka.

Kabar meninggalnya Abbas meninggalkan duka mendalam bagi rekan-rekan seperjuangan. Mereka menegaskan perjuangan untuk mendapatkan keadilan akan terus dilanjutkan meski salah satu anggota mereka telah tiada.

“Kepergian Abbas menjadi pengingat bahwa korban terus menunggu kejelasan tanpa tahu sampai kapan,” ungkap salah satu anggota paguyuban.

Kasus ini kembali memicu sorotan publik, terutama terkait peran pemerintah daerah dan aparat penegak hukum yang dinilai belum memberikan perhatian serius. Banyak pihak menilai, jika tidak segera ditangani, kasus-kasus serupa berpotensi menimpa masyarakat kecil lainnya.

Kematian Abbas seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk mempercepat proses penyelesaian kasus BMT Mitra Umat Pekalongan. Ribuan korban, sebagian besar buruh dan pelaku UMKM, menggantungkan harapan pada langkah konkret pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan pihak kepolisian.

Dengan semakin banyaknya korban yang mengalami kesulitan hidup akibat dana yang tidak dapat diakses, desakan untuk mempercepat penegakan hukum semakin menguat. Masyarakat berharap agar dana simpanan yang menjadi hasil jerih payah bertahun-tahun dapat dikembalikan, agar mereka bisa melanjutkan hidup tanpa beban hutang dan kehilangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *