Lampung-Tribunnews86.id
Angkon muakhi (Pengakuan Bersaudara) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) PMII oleh kerjaan Paksi Pak Skala Brak. Prosesi adat dilaksanakan di gedung Dalom Kepaksian Pernong, Pekon Balak Kecamatan Batu Brak, Lampung Barat, Senin 30/06/2025.
Sebagai wujud nyata pelestarian budaya dan penguatan nilai-nilai kebangsaan, Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) M. Shofiyullah Cokro resmi menjalani prosesi adat Angkon Muakhi bersama Kepaksian Pernong, salah satu kerajaan adat Lampung yang bersejarah.
Prosesi angkon muakhi dipimpin langsung oleh PYM SPDB Brigjen Pol. (Purn.) Drs. H. Pangeran Edward Syah Pernong, S.H., M.H., Sultan Sekala Brak yang Dipertuan ke-23 Kepaksian Pernong Lampung.
Ikatan Persaudaraan Melampaui Sekat Suku dan Generasi
Angkon Muakhi merupakan tradisi luhur masyarakat Lampung yang bermakna pengangkatan saudara secara adat. Melalui prosesi ini, seseorang yang tidak memiliki hubungan darah secara resmi diangkat menjadi saudara, setara dengan saudara sedarah dalam tatanan adat.
Dalam sambutannya, Sultan Edward Syah Pernong menegaskan Angkon Muakhi adalah simbol persatuan.
“Ia menghapus sekat-sekat perbedaan dan menjadi fondasi kebersamaan dalam keberagaman,” tuturnya.
Ketua Umum PB PMII, M. Shofiyullah Cokro, mengungkapkan rasa bangga dan haru bisa menjadi bagian dari keluarga besar Kepaksian Pernong.
“PMII adalah gerakan yang lahir dari rahim budaya. Hari ini kami menegaskan komitmen untuk merawat kearifan lokal sebagai bagian dari dakwah rahmatan lil alamin,” ujarnya.
Acara ini tidak sekadar seremoni budaya, tetapi juga menjadi momentum strategis untuk membangun kolaborasi antara PMII dan masyarakat adat. Shofiyulloh juga menyampaikan sinergi ini adalah penguatan nilai dan gerakan.
“Kami percaya bahwa membangun bangsa harus dimulai dari merawat akar budaya dan kearifan lokal,” katanya.
Rangkaian acara diisi dengan prosesi adat, penyematan pin adat, hingga Sarasehan myang mengangkat tema “Peran Kearifan Lokal dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan dan Harmoni Sosial”.
Prosesi Angkon Muakhi ini bukan hanya seremoni, melainkan sebuah pesan kuat bahwa adat dan budaya adalah benteng terakhir dalam menjaga harmoni sosial di tengah derasnya arus globalisasi. PMII menunjukkan bahwa gerakan mahasiswa tidak boleh tercerabut dari akar budayanya, melainkan harus menjadi jembatan antara modernitas dan kearifan lokal.
Kegiatan ini diharapkan menjadi tonggak sejarah lahirnya kolaborasi antara elemen mahasiswa dengan komunitas adat, dalam bingkai persaudaraan yang melampaui sekat suku, agama, dan budaya.(Yobi)