Tambang Vs Media jadi Polemik Publik

Tambang Vs Media jadi Polemik Publik

Spread the love

Penulis : Sahib Munawar.S.Pd,I.M.Pd

HALSEL, TribunNews86.id – Diskursus Tambang menjadi hal yang sangat krusial,karena merusak ekosistem di darat maupun dilaut. Kerusakan pada ekosistem hutan dan lautan bukan tanpa sebab, ada faktor yang mempengaruhi atas kerusakan tersebut.

Dengan Adanya Perusahaan tambang yang sedang bercokol didaerah Maluku Utara seperti Tambang Nikel PT Iwip di Halmahera Timur, PT Haritta Di Kepulauan Obi Halmahera Selatan, PT ANTAM Tbk UBPN ,PT Gane tambang Sentosa, PT, Anugrah Sukses Mining, komoditas Nikel,tambang di Kusubibi dan lainnya.

Akibat aktivitas tambang akan menimbulkan krisis dan kerusakan ekologi, pencemaran di perairan halmahera timur terus terjadi sehingga berdampak pada penurunan kualitas hidup warga masyarakat halmahera timur. Akibat Aktivitas eksplorasi nikel yang diduga sebagai pemicu pencemaran itu diharapkan bisa dihentikan terlebih dahulu. dampak kerusakan lingkungan akibat aktivitas tambang nikel dan pemerintah tentunya tidak melihat adanya kesatuan ekosistem yang saling mendukung.

Bagaimana kalau hutan di wilayah hulu rusak, menyebabkan kerusakan di hilirnya, sungai, laut, dan sebagainya.Wilayah hanya dilihat sebagai tanah kosong, padahal di situ ada interaksi antara manusia dengan alam.

Pemerintah membuat undang-undang tentang pertambangan dan mineral tercantum pada uu nomor 3 tahun 2020 dan uu nomor 26 tahun 2023 tentang pengelolaan hasil sedimentasi laut ini hanya dijadikan alat pemerintah demi keuntungan para elite baik Investor asing dan korporasi yang bercokol di perusahaan yang ada.

Berangkat dari latar belakang tema diskursus tambang versus Media yang menjadi polemik dikalangan publik khusus di Maluku utara. Pada malam Tanggal 11 februari 2025 tiga hari yang lalu sebagai hari Pers Nasional , teman teman jurnalis Halmahera Selatan mengadakan dialog di sebuah Kafe/ warkop Kafe Fatimah dengan tema tambang dalam diskursus media, narasumber berjumlah empat orang mulai dari mantan jurnalis, kapolres, Akademisi,DPRD dan perwakilan pemerintah Daerah.

saya juga kebetulan sempat hadir pada acara dialog tersebut, narasumber tersebut memaparkan mulai dari masalah tambang, Peran media terhadap tambang dll, ada salah satu narasumber sentil salah satu tokoh yakni Pramoedya Ananta Toer sebagai Penulis salah satu qoutes yang sering disampaikan adalah orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, maka ia akan hilang didalam masyarakat dan sejarah menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Ucapan selamat perayaan satu abad pramoedya juga oleh salah satu narasumber, ada juga narasumber yang lain bicara soal lingkungan hidup tapi isinya mengarah pada soal pertambangan, amdal dll. Pada saat itu juga saya diberikan kesempatan untuk bertanya, tapi sebelum bertanya saya terlebih dahulu menanggapi sesuai dengan gaya bicara saya yang sering dianggap orang membosankan, saya mencoba untuk mengulas apa yang disampaikan oleh narasumber tersebut tentang sosok Pramoedya, dan apakah anda sudah membaca Pram lewat Max Lane.! Sebab banyak orang yang membaca Karya Pramoedya tapi gagal memahami pesan terselubung yang ingin disampaikan sang penulis.

Maka hal ini yang kemudian disentil oleh Max Lane seorang Penulis dan kritikus Australia dalam buku terbarunya, Indonesia tidak Hadir di Bumi Manusia. Harus disadari masyarakat dalam menghadapi masa depan Indonesia.Max mengajak masyarakat untuk turut merenungi mengapa dalam Bumi Manusia, Anak semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca Pram tidak pernah sekali pun menulis kata Indonesia di dalamnya.

Karna Indonesia tidak pernah absen dalam bumi manusia Bumi Manusia justru menjadi gagasan fundamental yang menunjukkan kegeniusan seorang Pramoedya Ananta Toer sekaligus menjadi pembelajaran berharga bagi rakyat Indonesia saat ini untuk memahami apa itu Indonesia.

Bagi saya, kadang Media juga menjadi Alat Penguasa /Pemerintah untuk menutupi Terhadap kebusukan dan kesalahannya berupa kasus, seperti korupsi dan lain-lain, tapi Bagi Pers harus jujur untuk menjaga kode etiknya wartawan harus kritis dan lihai dalam menulis dan juga harus menelanjangi terhadap kebusukan atau kesalahan terhadap penguasa/ pemerintah bukan malah menutupinya.

Setiap kalimat yang disampaikan lewat berita harus di reduksi agar tak ambigu yang ujungnya mengarah kepada hoax dsn lain-lain.

Kadang media juga menjadi alat yang digunakan oleh penguasa untuk membuat pendapat umum dan jika pendapat itu diterima oleh khalayak umum , maka dapatlah dikatakan Media itu berhasil dan penguasa mampu mengontrolnya banyak orang.

Dalam Teori Michael Foucault disebut sebagai Ide dan Kekuasaan dalam menganalisis peran Media, Media juga harus turut menentukan arah politik tapi ternyata ditentukan oleh mereka yang memiliki kekuasaan atas Media itu.Maka pada akhirnya pengetahuan tidak lagi netral tapi telah dikuasai oleh pihak mereka yang berkuasa. Dan saya sarankan untuk membaca Buku Judulnya Pers Bertanya Bang Ali Menjawab .

Ali Sadikin, Seorang Purnawirawan letnan jenderal marinir ini dikenal sebagai sosok pemberani Bahkan, seperti terungkap dalam bagian banyak buku ini, dia seorang kontroversional. Ali Sadikin bagaimana dia mendorong Media Agar Mengkritik kebijakan, bagi Ali Sadikin Ia Tak Alergi kritik Media karena menurutnya Wartawan adalah Karyawan Pemerintah yang tak dibayar Negara.

Sementara fakta daya rusak tambang sulit diungkap karena seringkali wartawan tidak fokus pada isu tertentu. Apabila media cukup intens mewartakan isu tertentu, khususnya isu lingkungan, isu tersebut bisa mendapatkan porsi pemberitaan yang lebih besar.

Pada umumnya media hanya mewawancarai orang orang yang punya kepentingan,sehingga menimbulkan informasi yang tidak berimbang dan akhirnya informasi yang diperoleh tidak menggambarkan fakta yang terjadi di lapangan dan kondisi warga. Mengenai isu lingkungan saya juga menyentil soal lingkungan hidup, bahwa kerusakan pada ekosistem itu bukan tanpa sebab, seperti eksploitasi lahan, dan kerusakan pada hutan dan lain-lain.

Saya juga mencoba mereduksi apa yang dikatakan oleh Albert Schweitzer bahwa kesalahan terbesar bagi semua etika adalah etika etika tersebut, kita hanya fokus pada masalah hubungan manusia tapi mengabaikan hubungan dengan alam atau dalam bahasa Agama adalah Hablum minal alam, kerusakan alam baik di darat maupun dilaut ada sebab akibat yang disebut kausalitas dan hal ini sudah di gubris oleh filsuf muslim sebelumnya mulai dari Al Farabi sampai Mulla shadra, istilah Al Farabi dengan wahdatul wujud kesatuan wujud.

Bahwa alam semesta adalah manifestasi Tuhan yang terjewantahkan pada kita, jika kita merusak alam berarti kita telah merusak pada diri kita sendiri, alam juga punya subjek hukum, misalnya jika sebuah pohon yang kita tebang dan pohon ini dia dapat berbicara maka ia akan datang ke pengadilan untuk minta diadili, dalam filsafat Al kindi dan Ibnu Sina juga bilang begitu bahwa alam baik pohon dan tumbuh tumbuhan memiliki jiwa.

Terakhir penulis ingin sampaikan sebuah Sabda dari Islam bahwa Islam melarang tegas negara ataupun individu untuk menswastanisasi harta milik umum (rakyat) tersebut, apalagi hingga dikelola oleh swasta/individu. Dalam Islam, negara berkewajiban mengelola harta milik umum, seperti air, tambang, dan lain sebagainya, dan hasilnya dikembalikan demi kesejahteraan rakyatnya.

Kebutuhan rakyat benar-benar terpenuhi secara keseluruhan, tanpa ada yang kekurangan sedikitpun. Dan satu quotes dari Kahlil Gibran bahwa kita adalah tamu yang terhormat di bumi maka jangan seperti pengemis untuk serpihan dunia. Demikian tiada gading yang tak retak semoga bermanfaat. (*) 

(Sahib Munawar.S.Pd,I.M.Pd), 14 Februari 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *