Pekalongan-TribunNrws86.Id
Kedungwuni, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pekalongan, KH. Muslikh Khudlori, menegaskan sikap organisasi untuk tetap tegak lurus dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan hanya mengakui Jam’iyyah Ahli Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah (JATMAN) hasil Kongres di Asrama Haji Donohudan, Solo. Pernyataan tersebut disampaikan dalam sambutannya pada Pengajian Rutin Kitab At-Tibyan karya Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari yang berlangsung pada Ahad (5/1/2025) di Kantor MWCNU Kedungwuni, Jalan Kebangkitan No. 9, Podo, Kedungwuni, Pekalongan.
“Nahdlatul Ulama lahir bukan hanya untuk mengaktualisasikan nilai-nilai jam’iyyah, tetapi juga untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara. NU hadir sebagai perekat bangsa, membawa misi kedamaian, pemberdayaan masyarakat, serta persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar KH. Muslikh Khudlori di hadapan para hadirin yang terdiri dari pengurus MWCNU, masyayikh, dan warga Nahdliyyin.
KH. Muslikh mengungkapkan bahwa NU kerap menjadi sasaran pihak-pihak tertentu yang ingin melemahkan peran dan eksistensinya, salah satunya melalui isu thariqah. “Thariqah sejak dulu menjadi bagian penting dalam NU. Namun, belakangan muncul fenomena yang mencoba meretakkan persatuan dengan mempertanyakan thariqah mana yang kita ikuti. Ini adalah upaya untuk melemahkan NU,” jelasnya.
Sebagai bentuk komitmen, PCNU Kabupaten Pekalongan bersama Rais Syuriyah dan jajaran pengurus mendukung penuh Kongres JATMAN yang digelar di Donohudan. “Kami tegaskan, JATMAN hasil Kongres Donohudan adalah bagian dari penguatan jam’iyyah. PCNU tidak mengakui adanya jamaah di luar struktur Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. NU berbicara tentang jam’iyyah, bukan soal dikotomi muhibbin dan ghoiru muhibbin. Itu adalah pilihan dan keyakinan personal, sementara NU adalah organisasi yang menitikberatkan pada persatuan,” tambah KH. Muslikh.
Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, KH. Baihaqi Anwar selaku Rais Syuriyah juga menyampaikan bahwa Idaroh Syu’biyah JATMAN Kabupaten Pekalongan telah mengundang Idaroh Ghusniyyah se-Kabupaten Pekalongan untuk menyepakati sikap terkait Kongres JATMAN. “Kongres JATMAN di Donohudan mendapat dukungan penuh. Adapun Muktamar JATMAN yang direncanakan di Pekalongan, kami tolak karena berada di luar koridor PBNU,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua MWCNU Kedungwuni, KH. Abdurrokhim, menyampaikan harapan agar pengajian rutin seperti ini dapat mempererat hubungan antara MWCNU dan PCNU. “Forum ini menjadi sarana kesinambungan informasi dan gerakan, sehingga langkah kita tetap selaras dengan arahan PCNU,” ungkapnya.
Kegiatan pengajian yang dihadiri segenap pengurus PCNU Kabupaten Pekalongan, baik mustasyar, syuriyah maupun tanfidziyah serta pengurus Lembaga PCNU Kabupaten Pekalongan berlangsung lancar dan khidmat. Hadir juga segenap rais syuriyah dan ketua tanfidziyah MWCNU se-Kabupaten Pekalongan. tidak ketinggalan segenap pengurus MWCNU Kedungwuni dan badan otonom NU, dan pengurus ranting NU se-MWCNU Kedungwuni. KH. Abdurrokhim juga berharap acara ini memberikan manfaat dan keberkahan bagi warga Nahdliyyin, sekaligus menjadi syiar yang memperkuat posisi NU sebagai perekat bangsa.
PCNU Kabupaten Pekalongan kembali mengingatkan pentingnya penguatan jam’iyyah di tengah berbagai tantangan. Sebagai perekat bangsa, NU perlu menjaga keutuhan dan kesolidan organisasi demi mewujudkan cita-cita besar Nahdlatul Ulama untuk agama, bangsa, dan negara.
(HTS)