LABUHA, TribunNews86.id – M. Reza A Syadik, Koordinator pusat Jaringan Aksi Solidaritas Membela Rakyat (JAS-MERAH) Jakarta mengungkapkan, aroma kepanikan menghantui incumbent di Halsel.
Reza mengatakan, kepanikan tersebut karena ada pengalaman sejarah pertempuran kontestasi demokrasi di Kabupaten Halmahera Selatan yang mewarnai peta politik, dimana sejak 2004 hingga 2016 putra Makayoa selalu mewarnai pertarungan dengan kompetitor yang lebih dari satu, dan sering kalah.
Semenjak munculnya kompetitor tunggal asal Makayoa, HI Usman Sidik. Ia mampu memecah kebuntuan selama sejarah Pilkada di Halmahera Selatan. Hal ini tentu ada kesan kekhawatiran peta politik yang memungkinkan akan terjadi kembali setelah melihat kandidat bupati 01 tunggal asal makayoa di Pilkada 2024.
“Jadi Rusihan Jafar saat ini adalah satu-satunya Calon Bupati Halmahera Selatan 2024 yang berasal dari Makian Kayoa (Makayoa), tentunya sangat mungkin adanya frekwensi persatuan ditubuh Makayoa,” kata Reza, Minggu (1/9).
Dilain sisi, banyak program yang dicanangkan mendiang Hi Usman Sidik yang terkesan tidak ditindaklanjuti, setalah Bassam Kasuba menjabat Bupati Halmahera Selatan. Kekhawatiran ini lantas menyelimuti Incumbent Bassam Kasuba.
Menurutnya, kepanikan ini kemudian dilakukan upaya pencitraan untuk menarik simpati dan mencari suaka politik pada tokoh-tokoh Makayoa.
“Beredarnya foto Bassam Kasuba bersama Pak Thaib Armaiyn adalah suatu ketakutan. Pertemuaan tersebut justru membaut kelompok kaum muda Makayoa khusunya kalangan intelektualnya lebih kokoh dan kuat untuk merapatkan barisan dalam persatuan yang utuh,” ujarnya.
Bagi Reza, prinsip kaum intelektual tidak mudah masuk dalam susana jebakan, karena peran kaum muda untuk terlibat memberikan hak memilih menjadi bagian penting untuk menghentikan segala kebohongan yang akan diciptakan melalui skenario mengumbar janji.
“Sangat terasa, Pulau Makian dan Kayoa selalu ditinggalkan dari pembangunan infrastruktur seperti jalan. Padahal itu penting menjadi akses masyarakat dalam menggerakkan ekonomi daerah,” cetusnya.
Ia mengatakan, akses infrastruktur jalan Makayoa selalu dianaktirikan, tentu ini menjadi keresahan bersama. Untuk itu kesadaran mulai bangkit dengan melihat kenyataan pembangunan daerah selama ini.
“Kita tidak dalam memposisikan keberpihakan, tetapi bagi kami saat ini butuh adanya pemimpin baru yang peduli akan daerah, bukan hanya sebatas Makian-Kayoa saja tetapi juga pembangunan Infrastruktur secara merata di wilayah Halmahera Selatan,” jelasnya.
Menurutnya, jika Pemerintahan Bassam Kasuba perlu dievaluasi, maka yang ditemukan adalah hilangnya distribusi keadilan.
“Jadi bagaimana mungkin Pemuda dan kelompok intelektual bisa mempercayai kembali, kita katakan dengan tegas bahwa kita akan melawan, bukan berarti melawan Bassam Kasuba sebagai manusia, tapi melawan segala kebijakan sepihak,” tegasnya. (red/tn)**